Kini Banyak Muda Mudi Ingin Jadi Pengusaha

Beberapa hari lalu saya menunggu boarding di Bandara Banyuwangi nan sejuk asri alami berjumpa dengan lima orang anak muda, mereka mahasisa IPB, Fakultas Kehutanan yang baru pulang dari Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Banyuwangi Selatan.

TNAP Banyuwangi memang sebagai salah SATU tempat ideal praktek atau sejenisnya, banyak Kampus yang memiliki Fakultas Kehutanan, hutan lindung alami flora fauna yang utuh tanpa tersentuh. Sungguh ideal sekali buat melarutkan kekeruhan bathin, pikiran dan jasmani kita.

Dulu terkesan angker bahkan dapat predikat jelmo moro jelmo ilang/siapa datang dia akan hilang. Tapi kini jadi tempat wisata spiritual multi agama atau keyakinan. Bahkan kalau 1 Suro selama 24 jam, puluhan ribu umat manusia berjubel di hutan lebat tersebut. Tiap hari libur dan Sabtu-Minggu banyak Umat Hindu dari berbagai daerah datang karena banyak situs Tempat Suci peninggalan Majapahit.

Kembali ke anak muda tadi. Ternyata di antara lima orang tersebut ada yang mengenali saya karena aktivis Pramuka di IPB, mengaku pernah ikut seminar kewairausahaan yang salah satu narasumbernya saya. Dari situ kami diskusi intensif produktif, mereka silih berganti bertanya terkait, "Targetnya Mau Jadi Pengusaha." Saya dengar ucapan mereka bangga sekali.
 
Latar belakang mereka mau jadi pengusaha/wirausahawan karena kasadaran diri terhadap situasi bangsanya terkini dan antisipasi ke depannya. Mereka sadar adanya banyak penanam modal asing (PMA) yang masuk menguasai sumber daya alam (SDA) kita karena kita kurang jumlah pengusahanya, adanya banyak pengangguran juga karena sebab di atas, adanya kemiskinan saat ini yang 27 juta juga salah satu sebab utamnya karenanya, dan seterusnya.

Lagi-lagi pertanyaannya klasik. Selalu dan selalu bertanya cara memulai usaha, tidak punya modal, bukan sarjana bisnis, bukan berdarah keluarga pengusaha, kiat memasarkan dan seterusnya. Sekali lagi, klasik dari waktu ke waktu, hingga saya curiga jangan-jangan di kampus memang belum dimotivasi inspirasi secara serius. Karena hampir seragam pertanyaan serupa di semua kampus lebih dari 100 kampus yang pernah saya kunjungi saat saya dapat undangan mengajar atau narasumber seminar.

Akhirnya, saya simpulkan dihadapan mereka bahwa, jika merasa otaknya belum pintar maka harus bisa memakai otak pintar milik orang lain. Jika merasa kurang banyak waktu, maka harus bisa memakai waktu orang lain jumlah banyak. Jika merasa tidak punya modal harus bisa memakai modal orang lain dan seterusnya. Intinya berawal serba milik orang lain dengan cara membangun dan membekali diri jadi insan terpercaya. Itulah prinsipnya, baru boleh bermimpi jadi pengusaha.

Oleh: Wayan Supadno/Pak Tani

.

Postingan Terkait

.

Komentar

Detail Post

Tanggal Publish

07 June 2018 22:00WIB

Kategori

Opini